Etika
Profesi Akuntan
Dalam
tulisan ini saya akan mereview kembali penulisan dari jurnal ilmiah dengan
topik pembahasan tentang Etika Profesi seorang Akuntan . Jurnal ini dibuat atau
ditulis oleh Fakhri Husein Tahun 2008 yang diberi judul :
KETERKAITAN
FAKTOR-FAKTOR ORGANISASIONAL, INDIVIDUAL, KONFLIK PERAN, PERILAKU ETIS DAN
KEPUASAN KERJA AKUNTAN MANAJEMEN
Pengarang
: Muhammad Fakhri Husein (Dosen Akuntansi Jurusan Keuangan
Islam Fakultas UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Penerbit
: http://jmtt.jurnalunair.com
LATAR BELAKANG
Banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang ada saat ini
melibatkan profesi akuntan. Sorotan yang diberikan kepada profesi ini
disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya praktik-praktik profesi yang
mengabaikan standar akuntansi bahkan etika. Perilaku tidak etis merupakan isu
yang relevan bagi profesi akuntan saat ini. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan
| Tahun 1, No.1, April 2008 | Muhammad Fakhri Husein 32 Di Indonesia, isu
mengenai etika akuntan berkembang seiring dengan terjadinya beberapa
pelanggaran etika, baik yang dilakukan oleh akuntan publik, akuntan intern,
maupun akuntan pemerintah. Beberapa pelanggaran yang terjadi yaitu publikasi
(penawaran jasa tanpa permintaan, iklan surat kabar, pengedaran buletin KAP),
pelanggaran obyektivitas (mengecilkan penghasilan, memperbesar biaya suatu
laporan keuangan), isu pengawas intern holding mempunyai KAP yang memeriksa perusahaan
anak holding tersebut, pelanggaran hubungan rekan seprofesi, isu menerima klien
yang ditolak KAP lain dan perang tarif.
Masalah etika bagi perusahaan juga sangat menentukan karena dalam jangka
panjang apabila perusahaan tidak concern dengan perilaku etis dalam bisnis maka
kelangsungan usahanya akan terganggu. Hal ini terjadi akibat manajemen dan
karyawan yang cenderung mencari keuntungan sehingga terjadi penyimpangan
norma-norma etis. Dalam jangka pendek, mungkin akan meningkatkan keuntungan
perusahaan tetapi untuk jangka panjang, akan merugikan perusahaan itu sendiri
karena hilangnya kepercayaan pelanggan atau konsumen terhadap perusahaan
tersebut.
Di samping adanya masalah dari dalam profesi akuntan, tantangan yang tidak
kalah pentingnya adalah makin maraknya akuntan asing yang berpraktik di
beberapa kota besar di Indonesia. Kesiapan yang menyangkut profesionalisme
profesi mutlak diperlukan. Profesionalisme suatu profesi mensyaratkan tiga hal
utama yang harus dipunyai oleh setiap anggota profesi tersebut, yaitu
berkeahlian, berpengetahuan, dan berkarakter (Machfoedz 1997).
Akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi
mereka kepada organisasi di mana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat
dan diri mereka sendiri. Akuntan mempunyai tanggungjawab menjadi kompeten dan
untuk menjaga integritas dan obyektivitas mereka. Analisis terhadap sikap etis
dalam profesi akuntan menunjukkan bahwa akuntan mempunyai kesempatan untuk
melakukan tindakan tidak etis dalam profesi mereka (Finn et al. dalam Fatt,
1995). Dalam menjalankan tugas sebagai auditor, seorang akuntan sering
dihadapkan pada berbagai macam dilema, baik menyangkut etika maupun sikap
profesional dan independensinya (Leung 1998). Kesadaran etika dan sikap
profesional memegang peran yang sangat besar bagi seorang akuntan (Louwers et
al., 1997). Personal value seorang akuntan tercermin dari keputusan etika yang
dibuatnya sedangkan komitmen terhadap profesi tercermin dari pengembangan
nilai-nilai profesional pada setiap keputusan yang dilakukannya (Jeffrey dan
Weatherholt, 1996).
Menurut Kinicki dan Kreitner (2001) dan Hunt dan Vitell (1986), perilaku etis
dan tidak etis adalah produk dari kombinasi yang rumit dari berbagai pengaruh.
Individu mempunyai kombinasi unik dari karakterisik personalitas, nilai-nilai,
prinsip-prinsip moral, pengalaman pribadi dengan penghargaan dan hukuman,
sejarah hukuman Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 1, No.1, April 2008
| Muhammad Fakhri Husein 33 kesalahan yang dilakukan (history of
reinforcement), dan gender. Ada tiga sumber utama pengaruh atas harapan peran
etis seseorang. Pertama adalah pengaruh budaya individu tersebut. Pengaruh
budaya termasuk latar belakang keluarga, pendidikan, agama, media/hiburan.
Kedua adalah pengaruh organisasi. Pengaruh organisasi dapat dalam bentuk kode
etik, budaya organisasi, model peran (panutan), tekanan yang dirasakan untuk
mencapai hasil, dan sistem penghargaan dan hukuman. Ketiga adalah pengaruh
politik, hukum dan ekonomi. Beberapa bukti empiris sebelumnya telah menguji
sebagian model di atas, seperti Bernardi et al. (1997), Eynon et al. (1997),
Ziegenfuss dan Singhapakdi (1994), Weeks et al.(1999), Cohen et al. (1998),
Jones dan Hiltebeitel (1995).
Di samping model pengaruh etis di atas, penelitian-penelitian lain juga
mengaitkan faktor organisasional dan individual terhadap stres peran. Weick
(dalam Rebele & Michaels 1990) menyatakan bahwa masalah stres merupakan
faktor penting dari praktik akuntansi. Libby (dalam Rebele & Michaels,
1990) juga menyatakan bahwa konsep tentang stres menyediakan struktur dalam
menganalisis berbagai masalah di bidang akuntansi. Beberapa studi empiris
sebelumnya menunjukkan adanya keterkaitan antara faktor-faktor organisasional
dan individual terhadap konflik peran. Contohnya adalah studi yang dilakukan
oleh Behrman dan Perrault; Fry et al. (dalam Rebele dan Michaels, 1990), Sims
dan Brinkman (2000), Koh dan Boo (2001), Yetmar dan Eastman (2000), Yetmar,
Cooper dan Franks (1999), Kantor dan Weisberg (2002).
Masalah keperilakuan etis dan konflik peran juga berhubungan dengan kepuasan
kerja. Jika seseorang berperilaku etis, maka kepuasan kerjanya tinggi.
Sedangkan jika konflik perannya rendah, maka kepuasan kerjanya tinggi. Studi
yang dilakukan Koh dan Boo (2001), Yetmar dan Eastman (2000) membuktikan hal
tersebut.
Dari beberapa studi di atas, penelitian ini mengaitkan faktor-faktor
organisasional, faktor individual, perilaku etis, konflik peran, dan kepuasan
kerja. Penelitian ini menjadi menarik ketika masih sedikit yang membahas
keterkaitan faktor-faktor di atas. Di Indonesia, penelitian tentang etika masih
berfokus pada persepsi akuntan terhadap etika bisnis dan masih sedikit yang
menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku etis akuntan, konflik
peran dan hubungannya dengan kepuasan kerja. Beberapa penelitian yang menguji
perilaku etis ini di antaranya adalah Ludigdo (1998), Harnovinsyah (2001),
Fauzi (2001), Gani (2000), Winarna (2001), Suartana (2000), dan Adib (2001).
METODE
PENELITIAN
Penelitian
dilakukan dengan cara survei. Data dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner yang disebarkan kepada responden. Responden penelitian adalah
akuntan manajemen di seluruh Indonesia. Penelitian ini menggunakan judgment
sampling sedangkan data responden diperoleh dari Standard Trade & Industry
Directory of Indonesia. Untuk meningkatkan response rate, setelah melewati masa
kembali kuesioner, maka kuesioner juga dikirim langsung kepada
individu-individu di berbagai perusahaan.
ANALISIS
DATA
Statistik
Deskriptif
Analisis
dilakukan pada 119 jawaban responden yang memenuhi kriteria untuk diolah lebih
lanjut. Berikut ini diuraikan hasil statistik deskriptif tersebut.
Model
yang dianalisis mempunyai degree of freedom sebesar 11, berarti positif dan
memenuhi salah satu syarat sebagai model yang fit. Chi-Square sebesar 183,870.
Nilai The Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) adalah 0,365 dan
berada diatas nilai yang dipersyaratkan yakni 0,08. Nilai GFI (Goodness of Fit
Index) menunjukkan angka 0,648 berarti model ini didukung secara marginal
walaupun dibawah nilai yang diharapkan 0,90. Sedangkan nilai AGFI (Adjusted
Goodness of Fit Index) menunjukkan angka 0,105 jauh dibawah nilai yang
dipersyaratkan sebesar 0,90.
SIMPULAN
Penelitian
ini mencoba mengembangkan suatu model keterkaitan antara faktor-faktor
organisasional (model peran, pemahaman kode etik dan komitmen organisasional)
dan faktor-faktor individual yakni prinsip moral dan hubungannya dengan konflik
peran, perilaku etis dan kepuasan kerja akuntan manajemen. Penelitian ini
menggunakan 119 responden (response rate 23,8%) yang diperoleh secara purposive
untuk kepentingan penelitian ini. Analisis yang dilakukan adalah pengujian
model dan uji hipotesis dengan menggunakan software AMOS.
Dari
model yang diajukan indikator fit dari suatu model memang relatif kurang
memuaskan, namun penelitian ini berhasil mengungkapkan faktor-faktor yang
mempengaruhi konflik peran dan perilaku etis akuntan manajemen dan kepuasan
kerja. Pemahaman kode etik, komitmen organisasional dan model peran
mempengaruhi perilaku etis akuntan manajemen. Sedangkan prinsip moral tidak
mempengaruhi perilaku etis akuntan manajemen. Sedangkan pemahaman kode etik,
prinsip moral tidak mempengaruhi secara signifikan konflik peran. Faktor-faktor
komitmen organisasional dan model peran yang justru mempengaruhi konflik peran.
Sedangkan perilaku etis mempengaruhi kepuasan kerja sedangkan konflik peran
tidak mempengaruhi kepuasan kerja akuntan manajemen.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar