1.
Karangan
ilmiah dan non ilmiah
KARANGAN
ILMIAH
1.
Pengertian
karangan Ilmiah
Karya Ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang
ilmuwan (yang berupa hasil pengembangan) yang ingin mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang diperoleh melalui kepustakaan, kumpulan
pengalaman, dan pengetahuan orang lain sebelumnya.karangan ilmiah adalah biasa
disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan
hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau
sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan
ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
2.
Tujuan
karya ilmiah, antara lain:
1.
Sebagai wahana melatih mengungkapkan
pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis
dan metodologis.
2.
Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan
mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga
mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu
pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
3.
Karya ilmiah yang telah ditulis itu
diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan
masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
4.
Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah
yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk
karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan
dari jurusannya.
5. Melatih
keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.
3.
Manfaat
penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:
1.
Melatih untuk mengembangkan keterampilan
membaca yang efektif;
2.
Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan
dari berbagai sumber;
3.
Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
4.
Meningkatkan pengorganisasian fakta/data
secara jelas dan sistematis;
5.
Memperoleh kepuasan intelektual;
6.
Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;
7.
Sebagai bahan acuan/penelitian
pendahuluan untuk penelitian selanjutnya
4.
Ciri
- Ciri Karya Ilmiah
1.
Objektif, keobjektifan ini tampak
pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang
sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap pernyataan atau simpulan yang
disampaikan berdasarkan bukti - bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan
demikian, siapa pun dapat mengecek (memverifikasi) kebenaran dan keabsahannya.
2.
Netral, kenetralan ini bisa
terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan -
kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu,
pernyataan - pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi
pembaca perlu dihindarkan.
3.
Sistematis, uraian yang terdapat
pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan
tertentu. Dengan demikian, pembaca akan bisa mengikuti dengan mudah alur
uraiannya.
4.
Logis, kelogisan ini dapat dilihat
dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Jika
ingin menyimpulkan fakta atau data digunakan pola induktif, sebaliknya jika
ingin membuktikan teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
5.
Menyajikan Fakta, setiap
pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu
menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional
sebaiknya di hindarkan.
6.
Tidak Pleonastis, kata - kata yang
digunakan tidak berlebihan, jelas atau tidak berbelit - belit.
7.
Bahasa yang digunakan bersifat formal
dan sesuai dengan EYD.
5.
Syarat
Karya Ilmiah
Berikut ini adalah syarat-syarat karya ilmiah :
1.
Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah
lewat pikiran dan alur pikiran.
2.
Keindahan karya tulis ilmiah terletak
pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang menyangganya.
3.
Alur pikir dituangkan dalam sistematika
dan notasi.
4.
Karya tulis ilmiah terdiri dari
unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang tersusun mendukung alur pikir
yang teratur.
5.
Karya tulis ilmiah harus mampu
mengekspresikan asas-asas yang terkandungdalam hakikat ilmu dengan mengindahkan
kaidah-kaidah kebahasaan.
6.
Karya tulis ilmiah terdiri dari
serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan
argumentasi (alasan).
6.
Jenis
Karya Ilmiah
Pada
prinsipnya semua karya ilmiah yaitu hasil dari suatu kegiatan ilmiah. Dalam hal
ini yang membedakan hanyalah materi, susunan , tujuan serta panjang pendeknya
karya tulis ilmiah tersebut,. Secara garis besar, karya ilmiah di
klasifikasikan menjadi dua, yaitu karya ilmiah pendidikan dan karya
ilmiah penelitian.
1.
Karya Ilmiah Pendidikan
Karya ilmiah pendidikan digunakan tugas untuk meresume pelajaran, serta sebagai
persyaratan mencapai suatu gelar pendidikan. Karya ilmiah pendidikan terdiri
dari.
a.
Paper (Karya Tulis).
Paper atau
lebih populer dengan sebutan karya tulis, adalah karya ilmiah berisi ringkasan
atau resume dari suatu mata kuliah tertentu atau ringkasan dari suatu ceramah
yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswanya.
Tujuan pembuatan paper
ini adalah melatih mahasiswa untuk mengambil intisari dari mata kuliah atau
ceramah yang diajarkan oleh dosen, penulisan paper ini agak di perdalam dengan
beberapa sebab antara lain, Bab I Pendahuluan , Bab II Pemaparan Data, Bab III
Pembahasan atau Analisisdan Bab IV Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
saran.
b.
Pra Skripsi
Pra
Skripsi adalah karya tulis ilmiah pendidikan yang digunakan sebagai persyaratan
mendapatka gelar sarjana muda. Karya ilmiah ini disyaratkan bagi mahasiswa pada
jenjang akademik atau setingkat diploma 3 ( D-3).
Format tulisannya
terdiri dari Bab I Pendahuluan (latar belakang pemikiran, permasalahan, tujuan
penelitian atau manfaat penelitian dan metode penelitian). Bab II gambaran umum
(menceritakan keadaan di lokasi penelitian yang dikaitkan dengan permasalahan
penelitian), Bab III deskripsi data (memaparkan data yang diperoleh dari lokasi
penelitian). Bab IV analisis (pembahasan data untuk menjawab masalah
penelitian). Bab V penutup (kesimpulan penelitian dan saran)
c.
Skripsi
Skripsi
adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan
pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta-
fakta empiris-objektif baik berdasarkan peneliian langsung (observasi lapangan
) maupun penelitian tidak langsung (study kepustakaan)skripsi ditulis sebagai
syarat mendapatkan gelar sarjana S1. Pembahasan dalam skripsi harus dilakukan
mengikuti alur pemikiran ilmiah yaitu logis dan emperis.
d.
Thesis
Thesis
adalah suatu karya ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dari pada skripsi,
thesis merupakan syarat untuk mendapatkan gelar magister (S-2).
Penulisan thesis
bertujuan mensinthesikan ilmu yng diperoleh dari perguruan tinggi guna
mempeluas khazanah ilmu yang telah didapatkan dari bangku kuliah master,
khazanah ini terutama berupa temuan-temuan baru dari hasil suatu penelitian
secara mendalam tentang suatu hal yangmenjadi tema thesis tersebut.
e.
Disertasi
Disertasi adalah suatu karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang
dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta akurat dengan analisis
terinci. Dalil yang dikemukakan biasanya dipertahankan oleh penulisnya dari
sanggahan-sanggahan senat guru besar atau penguji pada sutu perguruan tinggi,
desertasi berisi tentang hasil penemuan-penemuan penulis dengan menggunakan
penelitian yang lebih mendalam terhadap suatu hal yang
dijadikan tema dari desertasi tersebut, penemuan tersebut bersifat orisinil
dari penulis sendiri, penulis desertasi berhak
menyandang gelar Doktor.
menyandang gelar Doktor.
1.
Karya
ilmiah Penelitian.
A.
Makalah
seminar.
1. Naskah Seminar
Naskah Seminar adalah karya ilmiah tang barisi uraian dari topik yang membahas
suatu permasalahan yang akan disampaikan dalam forum seminar. Naskah ini bisa
berdasarkan hasil penelitian pemikiran murni dari penulisan dalam membahas atau
memecahkan permasalahan yang dijadikan topik atau dibicarakan dalam seminar.
2. Naskah Bersambung
Naskah
Bersambung sebatas masih berdasarkan ciri-ciri karya ilmiah, bisa disebut karya
tulis ilmiah. Bentuk tulisan bersambung ini juga mempunyai judul atau title
dengan pokok bahasan (topik) yang sama, hanya penyajiannya saja yang dilakukan
secara bersambung, atau bisa juga pada saat pengumpulan data penelitian dalam
waktu yang berbeda.
3. Laporan
hasil penelitian
Laporan
adalah bagian dari bentuk karya tulis ilmiah yang cara penulisannya dilakukan
secara relatif singkat. Laporan ini bisa dikelompokkan sebagai karya tulis
ilmiah karena berisikan hasil dari suatu kegiatan penelitian meskipun masih
dalam tahap awal.
4. Jurnal
penelitian
Jurnal penelitian adalah buku yang terdiri karya ilmiah terdiri dari asal
penilitian dan resensi buku. Penelitian jurnal ini harus teratur continue dan
mendapatkan nomor dari perpustakaan nasional berupa ISSN (international
standard serial number).
KARYA NON ILMIAH
1. Pengertian
Karya Non Ilmiah
Karya
non ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan
dan pengalaman dalam kehidupan sehari - hari, bersifat subyektif, tidak
didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau
biasa digunakan.
2.
Ciri - Ciri Karya Non Ilmiah
1.
Emotif, menonjolkan sifat kemewahan yang lebih
menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
2.
Persuasi, terdapat suatu penilaian fakta
tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir
pembaca dan cukup informatif.
3.
Deskriptif,
3. Jenis - Jenis Karya Non Ilmiah
1.
Dongeng, suatu
kisah yang di angkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur
perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara
berinteraksi dengan makhluk lainnya.
2.
Cerpen, suatu
bentuk naratif fiktif, cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan
karya - karya fiksi yang lebih panjang.
3.
Novel, karya
fiksi prosa yang tertulis dan naratif.
4.
Drama, suatu
karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor.
5.
Roman, sejenis
karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya melukiskan perbuatan
pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing – masing.
PERBEDAAN
KARANGAN ILMIAH DAN NON ILMIAH
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.
1.
Karya ilmiah harus merupakan pembahasan
suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya
kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus
dibuktikan dengan pengamatan atau observasi.
2.
Karya ilmiah bersifat metodis dan
sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara
tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses
pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
3.
Dalam pembahasannya, tulisan ilmiah
menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan
menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang
dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga
karangan yang berbentuk semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa
membedakan dengan tegas antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah
dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang
membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada
pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah
digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan
semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari.
Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian
istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari
segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan
dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semiilmiah
agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki
pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semiilmiah.
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat, antara lain :
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat, antara lain :
1.
Emotif : merupakan kemewahan dan cinta
lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit
informasi
2.
Persuasif : merupakan penilaian fakta
tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir
pembaca dan cukup informative
3.
Deskriptif : merupakan pendapat pribadi,
sebagian imajinatif dan subjektif, dan
4.
Jika kritik adakalanya tanpa dukungan
bukti.
2. Pengertian metode Ilmiah
Metode
ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara
sistematis,empiris, dan terkontrol.
1. Metode ilmiah merupakan proses berpikir untuk
memecahkan masalah
Metode ilmiah berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari
jawaban atau pemecahannya. Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak
berangkat dari sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula berdasarkan data
atau fakta khusus. Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar
kepada masalah nyata. Untuk memulai suatu metode ilmiah, maka dengan demikian
pertama-tama harus dirumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang
dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya.
2. Pada Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan
secara sistematis
Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan
bertahap, tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan
kesadaran akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode
ilmiah, proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara
sistematis dan berurutan.
3. Metode ilmiah didasarkan pada data empiris
Setiap metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. maksudnya
adalah, bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu
harus tersedia datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif.
Ada atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting
dalam metode ilmiah. Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data
empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.
Pada metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara terkontrol
Di saat melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara
terkontrol. Maksudnya terkontrol disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah
itu dilakukan secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga
ingin membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang
yang berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi,
akan tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.
Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka
terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya.
Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun
langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
1.
Merumuskan masalah.
2.
Merumuskan hipotesis.
3.
Mengumpulkan data.
4.
Menguji hipotesis.
5.
Merumuskan kesimpulan.
1. Merumuskan Masalah
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan
adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat
tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang
melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya,
menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah
sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan
mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum dirumuskan?
2. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih
memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode
ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan
hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam
metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti
merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis
yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar
dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk
menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
3. Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari
tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di
lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu
mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan
data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan
pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung
pada data yang dikumpulkan.
4. Menguji Hipotesis
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari
suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya
merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah
menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun
menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian
hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf
signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan
semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini
dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan
suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
5. Merumuskan Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah
adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan
masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam
bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk
menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun
dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh
dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan
dengan rumusan masalah yang diajukannya.
3.
PENYUSUNAN SINTESIS
1. Pengertian Penyusunan Sintesis.
Sintesis diartikan sebagai komposisi atau kombinasi bagian-bagian
atauelemen-elemen yang membentuk satu kesatuan. Selain itu, sintesis juga
diartikansebagai kombinasi konsep yang berlainan menjadi satu secara koheren,
dan penalaran induktif atau kombinasi dialektika dari tesis dan antitesis untukmemperoleh
kebenaran yang lebih tinggi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2003) sintesis diartikan sebagai “paduan berbagai pengertian atau hal s
ehinggamerupakan kesatuan yang selaras atau penentuan hukum yang umum
berdasarkan
hukum yang khusus.” Pengertian ini sejalan dengan pendapat Kattsoff (1986)
yang menyatakan bahwa maksud sintesis yang utama adalah mengumpulkansemua
pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia.
2.
Cara Membuat Sintesis Tulisan
Sejumlah syarat yang harus diperhatikan oleh penulis dalam membuat
sintesis, diantaranya :
- Penulis harus bersikap objektif dan kritis atas
teks yang digunakannya.
- Bersikap kritis atas sumber yang dibacanya.
- Sudut pandang penulis harus tajam.
- Penulis harus dapat mencari kaitan antara satu
sumber dengan sumber lainnya, dan
- Penulis harus menekankan pada bagian sumber yang diperlukannya.
3.
Cara Membuat Tulisan Dari Bahan Bacaan
Yang Beragam
Sebuah keterampilan. Tidak semua orang mampu dengan cermat dan tepat
membuat tulisan dari bahan bacaan yang dibacanya. menggariskan cara yang
berbeda dan kita dapat mengubah produk data anda untuk mengoptimalkan
pengungkapan, Sering kali ini memerlukan produk informasi lebih dari yang kita
sediakan. Masing-masing laporan berlaku untuk jumlah produk yang tercantum.
Daftar Pustaka
0 komentar:
Posting Komentar